Rabu, 01 Juni 2016

MAKALAH TEORI DAN HIPOTESIS



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Tujuan penelitian adalah menemukan atau mengembangkan teori. Teori membuat manusia mempunyai ilmu pengetahuan. Tanpa teori, tidak ada ilmu pengetahuan di dunia ini, karena tidak pernah ada kegiatan pengumpulan dan pembuktian. Melalui penelitian, teori mendorong ilmu mencapai kemjauan secara berkesinambungan. Dengan dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas mengenai hakikat teori dan hipotesis dalam sebuah penelitian sehingga mengurangi kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.

1.2. Rumusan Masalah
       Teori Penelitian
a.       Apa pengertian teori penelitian?
b.      Apa peran dan kriteria teori penelitian?
c.       Apa sumber dan langkah-langkah pendiskripsian teori penelitian?
      Hipotesis Penelitian
a.       Apa pengertian hipotesis?
b.      Apa manfaat dan karakteristik hipotesis penelitian?
c.       Apa jenis-jenis hipotesis?
d.      Apa bentuk rumusan hipotesis?
e.        Bagaimana cara merumuskan h


BAB II
PEMBAHASAN
TEORI DAN HIPOTESIS

2.1. PENGERTIAN TEORI DAN DESKRIPSI
a.      Pegertian Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generelisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. (Sumadi Suryabrata dalam Sugiyono, 2010:52).
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Neumen dalam Sugiyono, 2010:52).
Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono, 2010:52).
Sitirahayu Haditono, 1999 menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Mark 1963 membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:
1.      Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2.      Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
3.      Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut.
1.      Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramal sebelumnya.
2.      Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif).
3.      Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di sini biasanya tedapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh malalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala (Sugiyono,  2010).
Konsep merupakan pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses penyimpulan umum dari suatu peristiwa berdasarkan hasil obervasi yang relevan. Definisi merupakan suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasaya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Sedangkan proposisi merupakan pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu perkara.
b.      Deskripsi Teori
      Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang dikemukakan (Sugiyono, 2010:58).
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono, 2010:58).
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1.      Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
2.      Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3.      Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian lihat penelitian permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.
4.      Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan dipilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5.      Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti lakukan analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6.      Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

2.2. HIPOTESIS

a.      Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti “sebelum” dan “thesis” yang berarti “pernyataan/pendapat”. Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya masih harus di uji, atau rangkuman teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka.
Istilah hipotesis telah didefinisikan dalam beberapa definisi diantaranya adalah:
1.      James E. Greighton, hipotesis merupakan sebuah dugaan tentative atau sementara yang memprediksi situasi yang akan diamati.
2.      Lungberg, hipotesis merupakan sebuah generalisasi yang bersifat tentative, sebuah generalisasi tentative yang valid yang masih harus diuji.
3.      John W. Best, hipotesis merupakan prediksi yang baik atau kesimpulan yang dirumuskan dan bersifat sementara, hipotesis diadopsi untuk menjelaskan fakta-fakta atau kondisi yang diamati dan untuk membimbing dalam penyelidikan lebih lanjut.
4.      Goode dan Han, hipotesis merupakan sebuah proporsi yang harus diuji.

b.      Menyusun Hipotesis

1.      Deduktif
Penyusunan hipotesis secara deduktif adalah penyusunan hipotesis yang ditarik dari teori. Suatu teori terdiri dari proposisi-proposisi (hubungan antara dua konsep). Misalnya, teori A terdiri atas proposisi-proposisi X-Y, Y-Z dan X-Z dari ketiga proposisi itu dipilih proposisi yang diminati dan relevan dengan peristiwa pengamatan, misalnya proposisi X-Y. bertitik tolak dari proposisi itu diturunkan hipotesis secara deduksi. Konsep-konsep yang terdapat dalam proposisi  diturunkan dalam pengamatan menjadi variable-variabel, yang nantina menjadi hipotesis.
Contoh:
Proposisi : makin cepat perkembangan komunikasi, makin tinggi kecerdasan penduduk.
Konsep : X = komunikasi Y = Kecerdasan
     Kemudian setelah proposisi dan konsep dilakukan pengamat dipemukiman penduduk (x) terdapat alat komunikasi apa saja dan bagaimana tingkat pemakaiannya, ditemukan (x1) surat kabar, (x2) pesawat radio, (x3) pesawat TV. Karena pemanfaat yang berbeda maka disebut variable (bervariasi dan beragam) yaitu variable x. kemudian kita mengamati tingkat pengetahuan umum mereka, misalnya dalam bidang politik, hukum dan ekonomi, dan ini dinamakan dengan variable y.
Karena x dan y beragam maka hipotesis dapat disusun, ada hubungan positif antara x dan y. karena disusun secara deduktif, maka hipotesis seperti ini disebut hipotesis deduktif.
2.      Induktif
       Penyusunan hipotesis secara induktif adalah penyusunan hipotesis yang berangkat dari pengalaman kita dimasa lampau. Contoh : kita mengetahui bahwa kecelakaan –kecelakaan kendaraan bermotor dijalan raya kebanyakan disebabkan oleh supir yang mengemudikan kendaraan dalam kecepatan tinggi, bertolak dari pengalaman ini kita menyusun hipotesis : ada hubungan positif antara kecepatan laju kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas.
c.       Syarat Penyusunan Hipotesis
 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada penyusunan hipotesis:
a.       Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat itu bersifat positif dan tidak normative. Istilah-istilah seperti seharusnya atau sebaiknya tidak terdapat dalam kalimat hipotesis. Contoh: anak-anak harus hormat kepada orang tua, kalimat ini bukan hipotesis. Lain halnya jika dikatakan kepatuhan anak-anak kepada orang tua mereka makin menurun.
b.      Operasional. Variable-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variable yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur.
c.       Menyatakan hubungan, hipotesis harus menunjukkan hubungan tertentu diantara variable-variabel.

d.      Karakteristik Hipotesis
Kriteria-keriteria tersebut untuk menilai kelayakan hipotesis yang diajukan:
1.      Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
Suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya diterangkan. Ini adalah ktriteria yang sudah jelas dan penting. Sebagi contoh, misalkan anda mencoba menstater mesin mobil anda, ternyata mesin tidak mau hidup. Hipotesis yang menyatakan bahwa mesin tidak mau hidup karena anda membiarkan air dikamar madi mengalir keselokan, bukan merupakan penjelasan tepat. Hipotesis yang mengatakan bahwa akinya mati adalah penjelasan yang tepat dan perlu diuji.
2.      Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel
Suatu hipotesis harus mampu menerka atau menduga hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam contoh kita diatas, tidak ada gunanya kita menyatakan bahwa anak-anak berbeda satu sama lain dalm konsep diri, mereka akan berbeda satu sama lain pula dalam hasil belajar ilmu pengetahuan sosial. Pernyataan ini tampaknya seperti suatu hipotesis, sampai anda sadar bahwa tidak ada pernyataan apapun tentang hubungan yang diharapkan. Hubungan yang diharapkan dapat dituliskan dalam bentuk pernyataan konsep diri yang tinggi merupakan penyebab hasil belajar yang lebih tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan sosial. Hipotesis itu kemudian dirumuskan akan terdapat hubungan positif atara konsep diri dan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial.
3.      Hipotesis harus dapat diuji
Dikatakan bahwa sifat terpenting dari hipotesis yang baik adalah kemampuannya untuk diuji. Suatu hipotesis yang dapat diuji berarti dapat ditahkikan (verifiable)  artinya, deduksi, kesimpulan, dan prakiraan dapat ditarik dari hipotesis tersebut, sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris yang akan mendukung atau tidak mendukung hipotesis tersebut. Hipotesis yang dapat diuji memungkinkan peneliti menetapkan, berdasarkan pengamatan, apakah akibat yang tersirat. Agar dapat diuji hipotesis harus menghubungkan variabel-variabel yang dapat diukur.
4.      Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada
Hipotesis yang dikemukakan hendaknya tidak bertentangan dengan hipotesis, teori, dan hukum-hukum yang sebelumnya sudah mapan. Didalam sejarah ilmu pengetahuan diketahui bahwa orang-orang seperti Einstein, Newton, Darwin, Copernicus, dan lain-lainnya telah mengembangkan hipotesis yang benar-benar revolusioner dan bertentangan dengan pengetahuan yang telah diterima orang pada masa itu. Tetapi, harus diingat bahwa karya para pelopor itu bukan merupakan penolakan sama sekali terhadap pengetahuan sebelumnya, karena penemuan mereka merupakan penataan kembali pengetahuan terdahulu menjadi teori yang lebih memuaskan.
5.      Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin
Menyatakan hipotesis secara sederhana bukan saja memudahkan pengujian hipotesis tersebut, melainkan juga dapat menjadi dasar bagi penyusunan laporan yang jelas dan mudah dimengerti pada akhir penyelidikan.

e.       Jenis Hipotesis
 Jenis hipotesis berdasarkan ada atau tidaknya hubungan adalah sebagai berikut:
1.      Hipotesis Nol
Hipotesis Nol menyatakan lawan dari apa yang diharapkan atau diprediksi oleh peneliti. Disebut dengan hipotesis nol karena menyatakan bahwa  "tidak ada perbedaan", "tidak berpengaruh", atau "tidak ada hubungan" antara hal yang diteliti. Hipotesis nol diasumsikan bahwa perbedaan yang diamati terjadi hanya karena faktor kebetulan saja dan tidak mewakili adanya perbedaan yang nyata.

2.      Hipotesis Alternatif
Jika uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan yang diamati terjadi bukan karena faktor kebetulan melainkan perbedaan yang nyata serta bukti-bukti yang ada telah mencukupi, maka hipotesis nol tidak dapat diterima. Hipotesis alterbative yang banyak dibangun dari literatur dan studi yang telah ada menjadi asumsi yang dapat diterima.

Ada dua macam hipotesis alternatif, yaitu:
a.       Hipotesis Directional / Hipotesis Terarah
Directional hipotesis adalah hipotesis alternatif yang tidak hanya menunjukkan prediksi tentang adanya perbedaan tetapi juga dengan jelas menyatakan arah hasil yang diharapkan atau kelompok akan memiliki skor yang lebih besar.
b.      Hipotesis non-directional /  Hipotesis tidak Terarah
Non-directional hipotesis tidak menyebutkan kelompok mana skor rata-rata akan lebih besar, meskipun menunjukkan bahwa ada perbedaan yang diharapkan oleh peneliti, tetapi tidak menentukan arah perbedaan.

CONTOH:
Peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan antara tingkat kecemasan anak-anak yang memiliki IQ tinggi dan rendah, maka hipotesis yang dapat dinyatakan adalah:
1.      Hipotesis Nol : Tingkat kecemasan anak-anak ber-IQ tinggi tidak berbeda dengan tingkat kecemasan anak-anak yang memiliki IQ rendah.
2.      Hipotesis Alternatif: anak-anak dengan tingkat IQ tinggi akan menunjukkan lebih banyak kecemasan daripada anak-anak dengan IQ rendah (hipotesis alternatif directional / terarah) ATAU Tingkat kecemasan anak-anak ber-IQ tinggi berbeda dengan tingkat kecemasan anak rendah IQ (hipotesis alternatif non-directional / tidak terarah).
Jenis Hipotesis berdasarkan macam hubungan antar variable adalah sebagai berikut:
1.      Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan hipotesis yang menggambarkan karakter sebuah kelompok atau variable tanpa menghubungkannya dengan variable lain. Hipotesis jenis ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang sampel penelitian.
Contoh: 70% penduduk didaerah pedesaan bekerja sebagai petani.
2.      Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif merupakan jenis hipotesis yang menjelaskan hubungan antarvariabel. Hipotesis ini dalam sebuah penelitian selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menjelaskan hubungan antara dua variable atau lebih, baik secara eksplisit maupun implicit.
Contoh: jenis kelamin mempengaruhi prestasi belajar. (eksplisit) Perempuan memiliki prestasi yang lebih baik dari pada laki-laki (implicit)
Berikut ini merupakan karakteristik hipotesis asosiatif:

a.       Mempunyai minimal dua variable yang dihubungkan.
b.      Menunjukan hubungan sebab-akibat atau pengaruh mempengaruhi antara dua variable atau lebih.
c.       Menunjukkan prediksi mengenai hasil yang diharapkan.
d.      Menghubungkan secara logis antara masalah penelitian dengan teori.
3.      Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan hipotesis yang menyatakan perbandingan antara sampel atau variable dengan sampel atau variable lain.
Contoh : terdapat perbedaan jenis pekerjaan yang disukai laki-laki dan perempuan.

BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan

Dalam melakukan suatu penelitian terhadap fenomena sosial, seorang peneliti tidak dapat bekerja dengan baik tanpa suatu sistematika yang sesuai. Untuk menemukan jawaban yang sesuai serta memuaskan, peneliti harus memahami kaidah dalam meneliti. Tahapan awal dari suatu penelitian adalah menciptakan pertanyaan mengenai suatu fenomena yang dipilih untuk diteliti. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan definisi, fakta dan nilai suatu objek kajian.
Teori yang deduktif : Memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu  kearah data yang akan diterangkan, Teori yang induktif : adalah cara menerangkan dari data kearah teori. Teori yang Fungsional : disini tampak satu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Sebagai pedoman kerja, peneliti menetapkan sebuah hipotesis yang dijadikan arah dalam  menetapkan  variabel,  mengumpulkan  data,  mengolah  data  dan  mengambil kesimpulan.  Pada  dasarnya,  pekerjaan  meneliti  adalah  usaha  untuk  membuktikan hipotesis.Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji. Pengujian itu bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis berfungsi sebagai kerangka kerja bagi peneliti, memberi arah kerja, dan mempermudah dalam penyusunan laporan penelitian.
Ada 2 macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) (hipotesis nihil) yang juga disebut hipotesis statistik. Sehubungan dengan perumusan hipotesis maka ada 2 kekeliruan yang kita buat:
a.  Menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpha (ɑ).
b.  Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta (β).




DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta, 2010
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010


 

2 komentar: